Dunia internet di Indonesia memang sedang berkembang dengan sangat signifikan beberapa tahun belakangan. Pengguna internet di Indonesia sendiri sudah mencapai angka lebih dari 38 juta dan didukung dengan perkembangan ekosistem smartphone yang sejalan juga. Hal ini berdampak pada munculnya kesempatan ranah pekerjaan baru bagi masyarakat.
Jika Anda tertarik untuk mendalami hobi di bidang kuliner dan berniat menggunakan media sosial, berikut kami sajikan enam hal utama yang harus diperhatikan untuk beralih menjadi food blogger. Kami juga mengambil kutipan dari salah satu pelaku bisnis di ranah ini.
Jika Anda tertarik untuk mendalami hobi di bidang kuliner dan berniat menggunakan media sosial, berikut kami sajikan enam hal utama yang harus diperhatikan untuk beralih menjadi food blogger. Kami juga mengambil kutipan dari salah satu pelaku bisnis di ranah ini.
1. Bukan hanya sekedar food reviewer
Setiap orang memang dapat melakukan ulasan terhadap makanan yang disajikan di restoran manapun. Namun cara kerja seorang food blogger tidak demikian. Beberapa dari food blogger juga harus melakukan banyak studi dan percobaan langsung di dapur. Dengan hal tersebut mereka mengetahui seluk-beluk dari setiap bumbu dan bahan masakan. Selain itu, mereka juga kadang menerima pesanan dari setiap karya yang dihasilkan melalui blog atau media sosial.
Kemampuan tersebut diaplikasikan dalam keseharian mereka dengan melakukan ‘sesi pemotretan’ makanan. Jadi, food blogger tidak hanya asal mencicipi atau mengomentari makanan.
2. Hobi atau pekerjaan utama? Yang penting penghasilannya lumayan…
Ada yang sekedar hobi dan ada pula yang mendalaminya sebagai pekerjaan. Sebagai pekerjaan, seorang food blogger bisa mendapat penghasilan yang sangat lumayan. Syarat utama bila ingin menjadi pekerjaan, seorang food blogger harus memiliki kemampuan tambahan yang mumpuni, seperti fotografi dan teknik menata makanan agar selalu terlihat cantik saat di-posting ke akun media sosial. Hal lainnya yang tidak kalah penting adalah harus selalu memiliki ide, inovasi, konsistensi, dan kreatifitas dalam menentukan tema dari blog yang dimiliki.
3. ‘Senjata’ yang harus dimiliki adalah…
Setiap melakukan kunjungan ke sebuah restoran, seorang food blogger memiliki ‘senjata’ utama. Andrie berpendapat bahwa senjata tersebut minimal adalah sebuah kamera, baik itu kamera digital maupun dari smartphone. Peralatan lain biasanya adalah PC dan koneksi internet untuk melancarkan kegiatan posting di blognya.
Meski hanya berbekal smartphone dan perangkat lainnya, rasanya semua orang dapat mendalami ladang food blogger. Namun yang membedakan, mereka telah dibekali dengan berbagai edukasi dan pelatihan seputar makanan yang kami bahas di poin sebelumnya.
4. Seberapa penting peranan media sosial?
Media sosial menjadi sebuah medium penting dalam dunia food blogger. Terlebih bila yang ingin memonetisasi hobinya tersebut, media sosial menawarkan fungsi jaringan tidak terbatas secara mudah dan juga murah.
Media sosial yang pertama kali mereka gunakan untuk berkomunikasi adalah Facebook, lalu merambah ke Twitter dan Instagram. Mereka juga akan melakukan ekspansi dengan meluncurkan aplikasi mobile dalam beberapa waktu ke depan.
5. Langsung posting di tempat atau…?
Menjadi food blogger dibutuhkan ketelitian setiap melakukan kunjungan atau sebelum memajang posting di blog. Sehingga Andrie mengatakan bahwa biasanya posting di blog dilakukan setelah melakukan kunjungan di suatu restoran karena banyak detail lain yang harus disiapkan, seperti foto dengan kualitas gambar yang mumpuni, susunan artikel yang rapi, dan detail informasi yang tepat.
Sedangkan bila hanya foto atau sedikit sentuhan komentar di media sosial, mereka akan melakukannya langsung di restoran, karena bisa dilakukan secara mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu.
6. Jadi, apa untungnya bagi pelaku bisnis di industri makanan?
Dunia food blogger di Indonesia, sudah semakin jauh berkembang dan kompetitif. Kini semakin banyak vendor di industri makanan dan restoran yang melakukan kerja sama dengan food blogger. Alasannya adalah pengguna media sosial di dalam negeri lebih menyukai hasil review yang jujur dan ‘tidak terlalu iklan’.
Lebih hebatnya lagi, beberapa negara dan kota memilih untuk menggunakan jasa review dari para food blogger melalui dinas pariwisata yang dimiliki untuk mempromosikan daerah tersebut.
Comments
Post a Comment